Kamis, 23 Mei 2013

Mengunjungi Eco Green Park, Wisata Edukatif & Ramah Lingkungan Berkelas Internasional Di Indonesia @ Episode 3 (Final Episode)

Langkah kaki saya pun tiba di kandang burung bangkai. Menurut saya, kandang ini adalah kandang paling besar untuk satu spesies burung di EGP. Maklum saja, sebagai salah satu burung penerbang besar, rentang sayap burung bangkai bisa mencapai 2 meter lebih dengan berat badan mencapai 7 kg tentu membutuhkan kandang yang cukup besar. Belum lagi jumlah burung bangkai disitu cukup banyak. Serem juga melihat burung bangkai yang sedang bertengger di batang pohon mengawasi saya dengan sorot mata tajam bagaikan mengincar mangsanya,hehehe.

Tidak berlama-lama disitu, saya masuk kedalam kandang elang dan rangkok. Dengan konsep yang sama dengan Bird Paradise, elang dan rangkok disini sebagian dibiarkan berinteraksi dengan pengunjung. Sebagian??. Ya, hanya sebagian elang dan rangkok. Ada satu spesies elang yang sengaja tidak dibiarkan mengakarabkan diri dengan pengunjung yaitu elang hitam. Saya sendiri kurang tahu kenapa namun melihat dari jauh saja nampaknya sosok elang ini menimbulkan aura yang menyeramkan dan jahat.  Mungkin hanya Highlander dan Limbad yang dapat menyentuhnya,hahaha. 


Jangan khawatir, masih ada elang baik hati yang mau diajak berfoto. Kebetulan jeprat-jepret disini gratis karena tidak perlu memberi makan si elang. Saya pun tak ketinggalan berfoto bersama elang ular-bido yang memang sedang menunggu untuk dipotret. Si eneng juga tak ketinggalan jeprat-jepret dengan rangkok karena nyalinya tiba-tiba ciut untuk dipotret bersama elang,hehehe. 




Puas menikmati elang dan rangkok, perjalanan dilanjutkan menuju Rumah Terbalik, salah satu ikon EGP selain patung gajah dari berbagai barang bekas. Oya, sebelum sampai di Rumah Terbalik, ada diorama ruang operasi dan penangkaran burung. Disini, terdapat inkubator yang menjadi tempat hidup beberapa bayi burung yang baru lahir. Selain itu ada juga Bird Galery yang menampilkan beberapa burung yang telah diawetkan, proses menetasnya telur, dan sebagainya. 


Disamping Bird Galery, saya sempat jeprat-jepret lagi dengan owl. Si burung perlambang kebijaksanaan ini dibiarkan bebas, berbeda dengan owl di lokasi setelah Duck Kingdom. 



Berdasarkan peta, tempat ini adalah tempat penangkaran jadi burung-burung yang ada dibiarkan bebas agar bisa beradaptasi dengan adanya manusia yang lalu lalang di sekitarnya. Tepat sebelum pintu masuk Rumah Terbalik, adaketerangan bahwa inspirasi menciptakan wahana ini berasal dari salah satu rumah yang terbalik karena terjangan Badai Katrina di Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu. Dari luar, rumah ini sangat mirip dengan rumah yang malang itu. Membuat saya jadi penasaran untuk melihat isi rumah terbalik tersebut. Pengunjung yang masuk kedalam rumah terbalik dibatasi sebanyak 7 orang. Mungkin karena konstruksinya yang tidak lazim jadi harus dibatasi. Selanjutnya, biarlah foto-foto yang berbicara,hehehe. 






Lepas dari Rumah Terbalik, saya mampir dulu di Water Track. Duduk-duduk melepas pegal di kaki namun tidak mencoba wahananya,hehehe. Masalahnya saya tidak membawa baju ganti di wahana yang lebih tepat disebut outbond air ini. Sekali kecemplung, masuk angin,hehehe. 


Namun apes menimpa saya di Horticultur Trap. Namanya juga trap (baca:jebakan), pasti ada jebakan di dalamnya. Benar sekali karena begitu masuk kedalam taman tersebut, saya disambut dengan semprotan air. Belum selesai rasa kaget saya, disemprot lagi dengan semprotan air kedua. Wah, bisa kebanjiran jika saya nekat meneruskan hingga pintu keluar wahana ini. Saya pun segera mengibarkan bendera putih dan mundur 5 langkah,hahaha. Setelah mundur, saya den eneng menuju Pasar Burung. Pasar burung tidak sepenuhnya burung, ada juga hamster, ayam, dan kelinci. 




Patung-patung skala 1:1 penjual buah, pikulan, dan sebagainya melengkapi diorama pasar ini. Banyak pengunjung memanfaatkannya sebagi objek foto termasuk (lagi-lagi) saya dan eneng,hehehe. Dari Pasar Burung, ada jembatan yang perlu diseberangi sebelum sampai di kandang merak putih (White Peacok). Di White Peacok yang memiliki konsep yang sama dengan Bird Walking, pengunjung dapat berinteraksi dengan burung merak putih. Makanan burung seharga Rp 3000,- akan membuat merak-merak tersebut mendekat. Sayangnya, ekornya urung mekar. Mungkin jenis kelamin mereka sama sehingga tidak perlu menarik perhatian lawan jenis dengan ekornya,hehehe. 



Disini lagi-lagi saya dibuat kagum dengan pengelolaan kandangnya. Walaupun beralaskan rumput, saya hampir tidak melihat kotoran burung yang berserakan. Saking bersihnya, pengunjung bisa duduk-duduk diatas rumput yang juga diinjak oleh merak yang ada.Thumbs up (again), hehehe. Tepat disamping kandang, ada food court yang cukup luas dan sejuk. Berdasarkan slogannya, makanan disini bebas MSG. Wah, oke juga. Namun karena harganya masih lumayan (baca:sedikit mahal,hehehe), saya numpang duduk dan sholat saja. Sebenarnya ingin memanjakan kaki di kolam ikan ghararufa, namun pengunjungnya masih cukup banyak, yasudahlah

Sebelum menuju pintu keluar, saya mampir dulu ke Science Center. Disini pengunjung dapat belajar berbagai macam fenomena yang terjadi di bumi misalnya pembentukan batu bara, pembentukan emas, benda-benda luar angkas dan sebagainya. Bahkan ada beberapa simulasi bencana sepert tsunami, gempa, tornado, dan badai. Lengkap sekali namun sayangnya beberapa wahana sedang dalam perbaikan dan pencahayaannya terkesan gelap. Science Center ini berada di bawah miniatur candi-candi yang ada di Pulau Jawa seperti Candi Dieng dan Candi Singosari. Jika dilihat dari sisi pintu masuk EGP, maka penyusunan candi ini mengikuti kaidah “Bangun Jawa Lama” dan filosofi “Arga Thirta Candika”. Candi-candi ini dapat dinaiki dan memiliki ukuran yang hampir sama dengan candi aslinya. Rute terakhir adalah menuju Galeri Benda Daur Ulang, Dome Theater 4D, & Eco Journey yang berada pada satu kompleks bangunan. 


Antrian yang sangat panjang membuat saya urung memasuki wahana ini. Lagipula cuaca juga mulai mendung, jadi riskan jika sampai terjebak hujan sebelum bisa turun ke Malang karena rencananya saya, eneng, dan 2 rekan lain termasuk Kang Ari yang berkeliling Jatim Park 2 akan melanjutkan perjalanan ke Burger Buto. 

Kunjungan di Eco Green Park kali ini ditutup dengan pesan “ALAM YANG TERJAGA AKAN MEMBERIKAN MANFAAT BAGI MANUSIA. =)

Tidak ada komentar: