Hari ini seperti yang telah dijadwalkan, kami
akan mengunjungi Kompleks Candi Prambanan & Pantai Parangtritis. Kebetulan
pagi itu, rekan saya yang berkuliah di Jogja (sebut saja Jo) sedang libur sehingga
ada alat transportasi (motor) yang bisa kami gunakan,hehehe. Sebetulnya, ada
niatan untuk mencoba bis Trans Jogja untuk menuju 2 destinasi tersebut namun
karena lebih praktis, kami memilih motor saja. Sekitar pukul 8:30 kami,
berangkat menuju Candi Prambanan.Cuaca cerah cenderung panas terik pagi itu.
Dengan bekal Nokia Maps yang telah
saya route ke arah Prambanan,
perjalanan terasa cepat dan mudah karena rute telah diketahui. Deretan toko
oleh-oleh khas Jogja seperti bakpia pathok berbagai nomorberada di hampir
sepanjang jalan (Jl. Laksda Adi Sucipto – Jl. Raya Yogya-Solo) yang kami lalui.
Jalanan cukup mulus dan kondisi lalu lintas lengang mengingat hari itu bukan
hari libur panjang anak sekolah. Cuaca yang semakin terik mengundang kami
mampir sejenak membeli logistik di salah satu minimarket. Perjalanan kami
lanjutkan kembali dan sekitar pukul 09:30, kami sampai di area parkir Kompleks
Candi Prambanan.
Urusan motor beres. Saatnya menuju ke pintu masuk dan membeli
tiket. Seperti biasa sebagai salah satu lokasi wisata berkelas internasional,
ada dua macam tiket yang disediakan yaitu tiket untuk wisatawan lokal dan
wisatawan asing. Saya kurang ingat berapa US
Dollar tiket untuk wisatawan asing. Sedangkan untuk wisatawan lokal seharga
Rp 20.000,-. Sistem tiket di Kompleks Candi Prambanan tidak menggunakan sistem
beli-sobek namun menggunakan sistem smart
card.
Sistem ini mirip dengan sistem membeli tiket subway di negara-negara maju atau kalau di Indonesia seperti tiket
bus Transjakarta-lah,hehehe. Namun karena memang banyak pengunjung yang belum
paham, disediakan beberapa petugas yang siap membantu kita di sekitar pintu
masuk dengan ID Card (bukan calo ya,hehehe). Sekedar info, pada jam normal,
Kompleks Candi Prambanan dibuka mulai pukul 06:00 hingga 17:15 namun tentu ada
pengecualian ketika diadakan beberapa acara misalnya Sendratari Ramayana. Jarak
dari pintu masuk ke area utama Kompleks Candi Prambanan tidak terlalu jauh.
Sekitar 5 menit berjalan kaki. Pedestrian menuju area tersebut sangat nyaman
dilengkapi dengan pepohonan di kedua sisi jalan. Mendekati area utama, panas
terik matahari menyambut karena pepohonan tadi berganti dengan taman yang
pohonnya tidak lebih tinggi dari pinggang. Tapi justru disinilah spot yang baik untuk mengambil gambar.
Beberapa wisatawan mancanegara juga melakukan hal serupa disini.
Tak berselang
lama setelah mengambil beberapa foto, kami beranjak ke dalam kompleks utama
Candi Prambanan. Tampak beberapa candi utama sedang dipugar atau diperbaiki
sehingga pengunjung tidak diperkenankan masuk. Kelihatannya akibat erupsi
Gunung Merapi kemarin, candi-candi besar itu terkena dampaknya.
Namun it’s okay lah, masih banyak candi-candi
lain yang bisa dinikmati.Great.
Candi-candi yang masih berdiri megah dan tetap menakjubkan hingga kini. Legenda
mengatakan candi-candi ini dibangun untuk mempersunting Roro Jonggrang walaupun
gagal karena jumlahnya tidak genap. Hal itu menjawab kenapa di dekat kompleks
utama ada lokasi lain yang berisi candi-candi mungil yang jumlahnya sangat
banyak. Beberapa sudah tidak utuh karena termakan usia. Namun di kompleks
utama, candi-candi yang ada masih terawat dengan baik dan hanya ditemui sedikit
bagian candi yang hilang. Itupun tidak hilang, namun dilepas untuk masuk
bengkel pemugaran yang berada di daerah belakang kompleks tersebut. Di depan
kompleks Candi Prambanan, ada situs candi kedua yaitu Candi Ratu Boko. Jaraknya
sekitar 5 km dari kompleks utama Candi Prambanan. Sebenarnya di awal pembelian
tiket, ada tour yang menyediakan paket mengunjungi kompleks Candi Prambanan
& Candi Ratu Boko dengan menggunakan kendaraan semacam kereta kelinci.
Namun kami urung membelinya karena setelah menjelajahi Candi Prambanan, kami
harus segera menuju ke Pantai Parangtritis agar tidak kembali ke kontrakan
terlalu malam. Kompleks utama Candi Prambanan ini kondisinya cukup bersih dan
tidak ada debu beterbangan walaupun terasnya didominasi oleh pasir.
Pada hari
itu, tidak banyak pengunjung yang berasal dari Indonesia. Pengunjung didominasi
oleh wisatawan asing yang kebanyakan masih seumuran saya,hehehe. Saya sempat heran
dengan sistem libur/cuti mereka yang mungkin lebih lama dari sistem libur/cuti
di Indonesia. Namun ritme kerja mereka tidak terganggu oleh libur yang panjang
ini. Sungguh hal yang patut dicontoh.
Work hard, much vacation = enjoy;work
hard, less vacation = headache,
hehehe. Next, Pantai Parangtritis. =)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar