Minggu, 08 September 2013

Backpacker Ke Kawah Ijen (Ijen Crater) - 1 : Perjalanan Panjang Malang – Banyuwangi - Paltuding

Kawah Ijen, suatu danau asam berwarna hijau yang telah berhasil memikat hati banyak wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia akhirnya saya datangi juga pada tanggal 23 -25 Agustus 2013. Alhamdulillah, setelah saya posting Next Trip di forum BackpackerIndonesia sekitarbulan Juli, ada beberapa orang berminat untuk bergabung dan akhirnya terkumpulah 4 jejaka untuk pergi kesana yaitu saya, Ari, Mas Harris, dan Evan. Dunia ini sempit. Mas Harris yang notabene baru saya kenal via forum, ternyata satu kantor dengan sobat kuliah saya yang pernah nongol di posting-an backpacker ke Gunung Bromo (2011), si Sigit. Mas Harris bersama Evan juga indekost di daerah yang sama bahkan beda satu gang dengan indekost saya. Jika masih kurang sempit, Mas Harris ternyata juga almamater Politeknik Negeri Malang dengan jurusan yang sama dengan saya namun dengan tahun angkatan yang berbeda. Sempit sekali dunia ini ternyata,hehehe. Oke, kembali ke topik utama. Setelah meeting point di Stasiun Malang Kotabaru, segera saja kami naik kereta api Tawangalun tujuan Malang – Banyuwangi seharga Rp 50.000,- (per 1 September turun menjadi Rp 33.000,-) yang telah kami pesan jauh-jauh hari. Sekitar pukul 15:00 wib, kereta mulai bergerak meninggalkan stasiun dan perjalanan panjang pun dimulai. 


Dibutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk sampai ke Banyuwangi. Untungnya kereta saat itu cukup lengang sehingga banyak tempat untuk meluruskan kaki atau bahkan tidur. Rencananya kami akan langsung naik ke Paltuding (Sosog) begitu sampai di stasiun Karangasem, Banyuwangi karena kata teman saya di Terminal Sasak Perot (sekitar 2 km dari stasiun Karangasem) banyak pick up yang stand by untuk mengantar wisatawan menuju Paltuding. Bagi yang belum paham, Paltuding atau Sosog adalah pos terakhir yang bisa disinggahi kendaraan sebelum perjalanan ke Kawah Ijen dilanjutkan dengan berjalan kaki. Paltuding dapat dicapai dari 2 desa terdekat dari Kawah Ijen yaitu Sempol, Bondowoso dan Balungbendo, Banyuwangi. Dari Sempol, setahu saya hanya ada ojek dan truk karyawan kebun kopi yang bisa ditumpangi untuk menuju Paltuding dan jaraknya lebih jauh. Jika dari Balungbendo, (jalur yang saya ambil), ada banyak pilihan untuk mencapai Paltuding yaitu truk belerang, hardtop/trooper, ojek, dan pick up. Jaraknya juga lebih dekat hanya sekitar 40 menit perjalanan dengan jarak sekitar 17 km. Untuk lebih jelasnya, ikuti terus catatan perjalanan saya. Sekitar pukul 22.30, kami sampai di Stasiun Karangasem, Banyuwangi. Beruntung bagi kami, Freddy, teman Evan yang tinggal di Banyuwangi bersedia mengantarkan kami ke Terminal Sasak Perot. Sebelumnya, kami sempat ditraktir makan ayam penyet oleh Freddy. Di warung tersebut Evan sempat bertanya tentang kendaraan umum menuju ke Paltuding kepada empunya warung. Kata beliau kendaraan umum menuju kesana jumlahnya sedikit karena banyak orang beralih membeli motor pribadi. Beliau juga mengatakan lebih baik sewa trooper saja atau membawa kendaraan pribadi kesana. Namun harga sewa trooper yang mencapai Rp 500.000,-/mobil membuat kami keukeuh pada rencana awal. “Meragukan,mas di Erek-Erek lak pake mobil itu”, sahut beliau ketika Evan bertanya apakah mobil Toyota Corolla Freddy bisa dibawa hingga Paltuding disambut gelak tawa kami berlima,hehehe. Kata bapak itu, Erek-Erek adalah nama tanjakan berkelok yang kemiringannya mencapai 30® dengan jalur yang hanya cukup untuk satu truk jadi mobil harus benar-benar waspada jika berpapasan dengan truk belerang atau mobil lain ketika melewati tanjakan ini. Jadi lebih baik menggunakan mobil minimal sekelas Isuzu Panther untuk dapat naik kesana. Setelah makan, kami berangkat ke Terminal Sasak Perot namun sampai disitu ternyata sepi. Tidak ada kendaraan umum sama sekali. Oleh beberapa warga kami disarankan untuk melanjutkan perjalan keesokan paginya. Akhirnya, perjalanan kami pun tertunda. Oleh Freddy, kami ditawari menginap di rumahnya sebelum keesokan paginya melanjutkan perjalanan. Tak menolak, malam itu kami menginap di rumah Freddy. Alhamdulillah, terima kasih, Mas Freddy,hehehe. Paginya, kami segera menuju Terminal Sasak Perot untuk menumpang angkot menuju ke Paltuding.

Terminal/pertigaan Sasak Perot

Nah, kami baru tahu ternyata angkot di Banyuwangi ada 2 macam. Angkot kuning dengan model kendaraan Suzuki Carry dan angkot model pick up dengan bak terbuka maupun ditutup terpal. Nah, angkutan yang menuju ke desa Balungbendo adalah angkot yang terakhir disebut. 

Suasana di dalam angkot..
Setelah bernego, kami diantar hingga pertigaan Jambu dengan ongkos Rp 15.000,-. Pertigaan Jambu adalah pertigaan yang letaknya diatas desa Balungbendo, tepat sebelum pintu masuk kawasan wisata Kawah Ijen. Sebelum pertigaan Jambu, kita akan menjumpai pabrik pengolahan belerang pertama di daerah Blambangan / Licin. Jika ke arah sebaliknya, kita akan menjumpai pabrik pengolahan belerang kedua di Tamansari. Kami sampai di pertigaan Jambu sekitar pukul 09:00 pagi. Sempat “ditawari” untuk mencarter pickup dan ojek bahkan trooper oleh beberapa orang disitu namun kami tetap keukeuh (kembali)bertahan untuk menumpang truk belerang yang akan lewat. Maklum jiwa backpcker,hehehe. Tak lama ada truk penuh dengan penambang lewat dan kami segera menumpang keatas. Didalam truk kami ngobrol dengan para penambang yang usianya rata-rata sudah mulai uzur. Kata mereka jumlah penambang sekarang semakin sedikit. 


Kebanyakan memilih bekerja di kebun kopi dan jahe karena fisik mereka tidak kuat. Hal itu membuat armada truk dikurangi dari 4 unit menjadi hanya 2 unit karena jumlah belerang yang ditambang juga menjadi sedikit. Wajar juga jika melihat fakta bahwa belerang yang mereka pikul dari Kawah Ijen ke Paltuding (ada pos penimbangan belerang) beratnya mencapai 70 kg tentu membutuhkan fisik yang luar biasa. Belum lagi mereka harus dua hingga tiga kali bolak-balik dari kawah ke Paltuding untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Hal ini juga membuat jadwal keberangkatan truk dikurangi menjadi hanya 2 kali. Truk berangkat dari Tamansari ke Paltuding lewat Jambu pada pukul 07:00 WIB dan 09:30 WIB. Sedangkan pada siang hari truk akan kembali ke Tamansari atau Blambangan pada pukul 11:30 WIB dam 14:00 WIB. Jadwal kembali ini bisa berubah-ubah karena truk akan menunggu hingga belerang terisi sekitar 100 pikul (sekitar 7 ton) belerang untuk kembali ke pabrik.  Sepanjang perjalanan, truk seakan tidak pernah pindah dari gigi 1 dan 2 karena jalanan hampir selalu menanjak. Di kanan kiri jalan, hanya ada hutan dengan vegetasi yang lebat dan pohon-pohon yang cukup tinggi. Menandakan bahwa ekosistem hutan ini masih terlindungi dengan sangat baik. Jika melihat kebelakang, akan terlihat dermaga penyeberangan Ketapang dan tentu saja, pulau Bali. Walaupun akan sangat gelap ketika malam tiba, pemandangan jalan saat itu cukup melepas penat kami setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. 

Truk yang kami naiki berhenti di depan pos penimbangan belerang

Sekitar 40 menit kemudian, kami sampai di Paltuding. Setelah membayar ongkos menumpang Rp 5.000,-, kami segera menuju pos pendakian Paltuding. =)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Travel ke Banyuwangi tidak lengkap jika tidak mampir ke Kawah Ijen. Wisata alam yang cukup membuat adrenalin dan energi terkuras. Jalur tracking yg cukup terjal antara start sampai pos 4 (pos warung). Rasa lelah saat mendaki terbayar lunas ketika tiba di kawah, pemandangan yang luar biasa.

Travel Banyuwangi