Kawah Ijen, suatu danau asam berwarna hijau
yang telah berhasil memikat hati banyak wisatawan mancanegara untuk berkunjung
ke Indonesia akhirnya saya datangi juga pada tanggal 23 -25 Agustus 2013. Alhamdulillah,
setelah saya posting Next Trip di
forum BackpackerIndonesia
sekitarbulan Juli, ada beberapa orang berminat untuk bergabung dan akhirnya
terkumpulah 4 jejaka untuk pergi kesana yaitu saya, Ari, Mas Harris, dan Evan.
Dunia ini sempit. Mas Harris yang notabene baru saya kenal via forum, ternyata
satu kantor dengan sobat kuliah saya yang pernah nongol di posting-an backpacker ke Gunung Bromo (2011), si Sigit. Mas Harris bersama Evan juga
indekost di daerah yang sama bahkan beda satu gang dengan indekost saya. Jika
masih kurang sempit, Mas Harris ternyata juga almamater Politeknik Negeri
Malang dengan jurusan yang sama dengan saya namun dengan tahun angkatan yang
berbeda. Sempit sekali dunia ini ternyata,hehehe. Oke, kembali ke topik utama. Setelah meeting point di Stasiun Malang Kotabaru, segera saja kami naik
kereta api Tawangalun tujuan Malang – Banyuwangi seharga Rp 50.000,- (per 1
September turun menjadi Rp 33.000,-) yang telah kami pesan jauh-jauh
hari. Sekitar pukul 15:00 wib, kereta mulai bergerak meninggalkan stasiun dan
perjalanan panjang pun dimulai.
Dibutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk sampai ke
Banyuwangi. Untungnya kereta saat itu cukup lengang sehingga banyak tempat
untuk meluruskan kaki atau bahkan tidur. Rencananya kami akan langsung naik ke
Paltuding (Sosog) begitu sampai di stasiun Karangasem, Banyuwangi karena kata
teman saya di Terminal Sasak Perot (sekitar 2 km dari stasiun Karangasem)
banyak pick up yang stand by untuk
mengantar wisatawan menuju Paltuding. Bagi yang belum paham, Paltuding atau
Sosog adalah pos terakhir yang bisa disinggahi kendaraan sebelum perjalanan ke
Kawah Ijen dilanjutkan dengan berjalan kaki. Paltuding dapat dicapai dari 2
desa terdekat dari Kawah Ijen yaitu Sempol, Bondowoso dan Balungbendo,
Banyuwangi. Dari Sempol, setahu saya hanya ada ojek dan truk karyawan kebun
kopi yang bisa ditumpangi untuk menuju Paltuding dan jaraknya lebih jauh. Jika
dari Balungbendo, (jalur yang saya ambil), ada banyak pilihan untuk mencapai
Paltuding yaitu truk belerang, hardtop/trooper, ojek, dan pick up. Jaraknya
juga lebih dekat hanya sekitar 40 menit perjalanan dengan jarak sekitar 17
km. Untuk lebih jelasnya, ikuti terus catatan perjalanan saya. Sekitar pukul
22.30, kami sampai di Stasiun Karangasem, Banyuwangi. Beruntung bagi kami,
Freddy, teman Evan yang tinggal di Banyuwangi bersedia mengantarkan kami ke
Terminal Sasak Perot. Sebelumnya, kami sempat ditraktir makan ayam penyet oleh
Freddy. Di warung tersebut Evan sempat bertanya tentang kendaraan umum menuju
ke Paltuding kepada empunya warung. Kata beliau kendaraan umum menuju kesana
jumlahnya sedikit karena banyak orang beralih membeli motor pribadi. Beliau
juga mengatakan lebih baik sewa trooper saja atau membawa kendaraan pribadi
kesana. Namun harga sewa trooper yang mencapai Rp 500.000,-/mobil membuat kami keukeuh pada rencana awal.
“Meragukan,mas di Erek-Erek lak pake mobil
itu”, sahut beliau ketika Evan bertanya apakah mobil Toyota Corolla Freddy bisa
dibawa hingga Paltuding disambut gelak tawa kami berlima,hehehe. Kata bapak
itu, Erek-Erek adalah nama tanjakan berkelok yang kemiringannya mencapai 30® dengan jalur yang hanya cukup untuk satu truk jadi mobil harus
benar-benar waspada jika berpapasan dengan truk belerang atau mobil lain ketika
melewati tanjakan ini. Jadi lebih baik menggunakan mobil minimal sekelas Isuzu
Panther untuk dapat naik kesana. Setelah makan, kami berangkat ke Terminal
Sasak Perot namun sampai disitu ternyata sepi. Tidak ada kendaraan umum sama
sekali. Oleh beberapa warga kami disarankan untuk melanjutkan perjalan keesokan
paginya. Akhirnya, perjalanan kami pun tertunda. Oleh Freddy, kami ditawari
menginap di rumahnya sebelum keesokan paginya melanjutkan perjalanan. Tak menolak,
malam itu kami menginap di rumah Freddy. Alhamdulillah, terima kasih, Mas
Freddy,hehehe. Paginya, kami segera menuju Terminal Sasak Perot untuk menumpang
angkot menuju ke Paltuding.
Terminal/pertigaan Sasak Perot |
Nah, kami
baru tahu ternyata angkot di Banyuwangi ada 2 macam. Angkot kuning dengan model
kendaraan Suzuki Carry dan angkot model pick up dengan bak terbuka maupun
ditutup terpal. Nah, angkutan yang
menuju ke desa Balungbendo adalah angkot yang terakhir disebut.
Suasana di dalam angkot.. |
Setelah
bernego, kami diantar hingga pertigaan Jambu dengan ongkos Rp 15.000,-.
Pertigaan Jambu adalah pertigaan yang letaknya diatas desa Balungbendo, tepat
sebelum pintu masuk kawasan wisata Kawah Ijen. Sebelum pertigaan Jambu, kita
akan menjumpai pabrik pengolahan belerang pertama di daerah Blambangan / Licin.
Jika ke arah sebaliknya, kita akan menjumpai pabrik pengolahan belerang kedua
di Tamansari. Kami sampai di pertigaan Jambu sekitar pukul 09:00 pagi. Sempat “ditawari”
untuk mencarter pickup dan ojek bahkan trooper oleh beberapa orang disitu namun
kami tetap keukeuh (kembali)bertahan
untuk menumpang truk belerang yang akan lewat. Maklum jiwa backpcker,hehehe. Tak lama ada truk penuh dengan penambang lewat
dan kami segera menumpang keatas. Didalam truk kami ngobrol dengan para penambang yang usianya rata-rata sudah mulai
uzur. Kata mereka jumlah penambang sekarang semakin sedikit.
Kebanyakan memilih bekerja di kebun kopi dan jahe karena fisik mereka tidak kuat. Hal itu membuat armada truk dikurangi dari 4 unit menjadi hanya 2 unit karena jumlah belerang yang ditambang juga menjadi sedikit. Wajar juga jika melihat fakta bahwa belerang yang mereka pikul dari Kawah Ijen ke Paltuding (ada pos penimbangan belerang) beratnya mencapai 70 kg tentu membutuhkan fisik yang luar biasa. Belum lagi mereka harus dua hingga tiga kali bolak-balik dari kawah ke Paltuding untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Hal ini juga membuat jadwal keberangkatan truk dikurangi menjadi hanya 2 kali. Truk berangkat dari Tamansari ke Paltuding lewat Jambu pada pukul 07:00 WIB dan 09:30 WIB. Sedangkan pada siang hari truk akan kembali ke Tamansari atau Blambangan pada pukul 11:30 WIB dam 14:00 WIB. Jadwal kembali ini bisa berubah-ubah karena truk akan menunggu hingga belerang terisi sekitar 100 pikul (sekitar 7 ton) belerang untuk kembali ke pabrik. Sepanjang perjalanan, truk seakan tidak pernah pindah dari gigi 1 dan 2 karena jalanan hampir selalu menanjak. Di kanan kiri jalan, hanya ada hutan dengan vegetasi yang lebat dan pohon-pohon yang cukup tinggi. Menandakan bahwa ekosistem hutan ini masih terlindungi dengan sangat baik. Jika melihat kebelakang, akan terlihat dermaga penyeberangan Ketapang dan tentu saja, pulau Bali. Walaupun akan sangat gelap ketika malam tiba, pemandangan jalan saat itu cukup melepas penat kami setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Truk yang kami naiki berhenti di depan pos penimbangan belerang |
Sekitar 40 menit kemudian, kami sampai di Paltuding. Setelah membayar ongkos menumpang Rp 5.000,-, kami segera menuju pos pendakian Paltuding. =)
1 komentar:
Travel ke Banyuwangi tidak lengkap jika tidak mampir ke Kawah Ijen. Wisata alam yang cukup membuat adrenalin dan energi terkuras. Jalur tracking yg cukup terjal antara start sampai pos 4 (pos warung). Rasa lelah saat mendaki terbayar lunas ketika tiba di kawah, pemandangan yang luar biasa.
Travel Banyuwangi
Posting Komentar