Selasa, 02 Juli 2013

Candi Borobudur – Meet Jogjakarta (4-Habis)

Sekitar pukul 07:30, kami sudah terbangun dan segera mandi. Bergegas untuk menuju Terminal Jombor di daerah utara Jogja menggunakan sepeda motor. Hari ini sebenarnya kami ingin menuju ke Dieng Plateau di Kabupaten Wonosobo namun karena selepas maghrib ada pertandingan Indonesia vs Turkmenistan, kami urung melakukannya,hehehe. Terminal Jombor adalah terminal yang terletak di dekat Monumen Jogja Kembali. Terminal ini dapat dengan mudah dicapai oleh Trans-Jogja hampir semua koridor dengan tiket Rp 3.000,- saja. Lanjut. Tak berselang lama, kami sudah duduk di bus Jogja – Magelang seharga Rp 8.000,-. Oya, rombongan kami bertambah dengan Jo karena dia kebetulan sedang jam kosong kuliah. Setelah sempat ngetem sejenak Muntilan, akhirnya pada pukul 10:00 sampai juga di Terminal Magelang. Tiba di terminal, Gondhol segera ke toilet untuk melaksanakan kewajiban. Sembari menunggu, saya & Jo dihampiri calo yang menawarkan bus (lebih tepatnya mikrobus) ke Borobudur. Si calo merangkap kernet ini mengarahkan saya langsung ke mikrobusnya yang ternyata masih sepi penumpang. Ajakannya saya tolak (tunda lebih tepatnya) dengan halus karena masih menunggu Gondhol menunaikan kewajiban. Berapa menit kemudian si Gondhol muncul dan kami menuju Borobudur dengan mikrobus seharga Rp 5.000,- tersebut . Tanpa ngetem walaupun kondisi mikrobus saat itu masih lengang. Mungkin karena kondisinya bukan liburan sekolah. Hanya 20 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Terminal Borobudur, Magelang. Dari sini, Candi Borobudur masih berjarak sekitar 2,5 km. Dapat ditempuh dengan becak, delman, atau jalan kaki juga boleh. Sesuai kantong kita. Kami yang memang berkonsep low-budget memilih berjalan kaki di tengah panasnya cuaca Magelang. Lumayan membuat tenggorokan kering,hehehe. Sampai di pintu masuk, (seperti biasa) ada dua harga tiket yang tertera yaitu untuk wisatawan asing dan wisatawan lokal. Untuk wisatawan lokal seharga Rp 20.000,- sama dengan Candi Prambanan. Samar-samar (karena mata minus 2), ada papan petunjuk makanan dan minuman tidak boleh dibawa masuk. Tujuannya sebenarnya baik yaitu untuk menjaga kebersihan area candi dari sampah namun kami juga lapar,pak. Apa daya akhirnya, saya titipkan sebagian kecil makanan kami dan membawa masuk sisanya,hehehe. 




Cuaca yang cukup terik tidak menghalangi para wisatawan berkunjung ke Borobudur saat itu. Kebetulan ada banyak rombongan wisata baik asing maupun lokal sedang berkunjung ke sana. Di tempat pembagian sarung pun, saya sempat dikira rombongan instansi dari Jogja sehingga hampir dibagi nasi kotak yang saya tolak karena porsinya kurang banyak,hahaha. Masuk Candi Borobudur memang wajib menggunakan sarung yang disewakan secara gratis oleh pengelola. Hal ini semata-mata untuk menghormati nuansa agamis yang kental di Borobudur mengingat candi ini merupakan salah satu pusat peribadatan agama Budha terbesar di dunia. Setelah sempat foto-foto di depan plakat peresmian, kami segera beranjak menuju ke pelataran Candi Borobudur.


Kami memilih naik dari belakang untuk menghindari ramainya turis yang naik dari tangga utama. Disini kami bertemu beberapa orang wisatawan (sepertinya dari Eropa Timur) sedang berkeliling dipandu seorang guide lokal. Iseng-iseng kami ikuti saja karena kebetulan ibu guide menjelaskan satu relief dengan bahasa Inggris logat Amerika yang cukup “bersih” ditelinga kami. Saya lupa saat itu ada di undakan ke berapa. Secara garis besar relief di undakan tersebut menceritakan tentang Budha yang menjadi seekor burung sedang menolong seekor harimau namun  harimau tersebut berkhianat dengan mencoba memakan Budha tersebut. Tak jauh dari situ ada arca tak berkepala. Ada juga relief-relief polos yang digunakan untuk menambal dinding candi yang mulai keropos. 



Keadaan ini banyak saya temui mulai dari bawah tadi hingga menjelang undakan teratas. Sempat miris dan prihatin dengan keadaan itu. Walaupun begitu, candi ini tetap terlihat megah dan indah di tengah-tengah usia yang sudah semakin tua.Akhirnya kami sampai di undakan terakhir sebelum kompleks stupa dimana ada kepercayaan jika kita berhasil memasukkan tangan kedalam stupa tersebut dan memegang patung Budha didalamnya, niat baik kita akan terkabul. Namun niat baik kami untuk melakukannya tidak tercapai. Lantai teratas candi sedang dibersihkan dari abu hasill erupsi Gunung Merapi 2010 kemarin. Sayang sekali. Kami hanya bisa mengambil foto dibawahnya. Not bad-lah daripada tidak sama sekali. Selesai berfoto, kami beristirahat sejenak sambil melihat beberapa petugas sedang membersihkan lantai candi dari abu hasil erupsi Merapi. Kami cukup kagum dengan mereka karena peralatan yang dipakai hanya beberapa kuas kecil saja. Sungguh sangat detail pekerjaan petugas-petugas tadi. Mungkin bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu untuk menyelesaikannya namun jika dibandingkan dengan nilai sejarah candi ini, pekerjaan mereka sepertinya sebanding. Semoga lekas selesai, pak. Doa kami menyertaimu. Turun dari Borobudur, kami sempatkan untuk mampir ke Museum Bahari. Beberapa benda-benda purbakala yang membenarkan adanya ekspedisi laut di masa lamapu ada disini. Periuk, kompas, tali, layar, dan sebagainya ada disini. Ada juga diorama yang menjelaskan ekspedisi kapal milik Indonesia (saya lupa namanya) yang berlayar hingga ke Cape Town, Afrikas Selatan. Selain diorama ada juga replika kapal tersebut.






Kami tak berlama-lama disana karena museum sedang sepi pengunjung sehingga suasananya sedikit menyeramkan. Hari menjelang sore dan kami segera bergegas menuju Terminal Borobudur untuk menuju Magelang. Kali ini, kami menggunakan delman seharga Rp 15.000,-. Lumayan di-share bertiga jadi murah. Tak berapa lama menunggu, mikrobus ke Magelang datang. Uniknya tiketnya hanya seharga Rp 3.000,- dan kami diturunkan di perbatasan Magelang dan Jogja. Darisitu kami sambung dengan bus ke Terminal Jombor yang hanya seharga Rp 5.000,-. Usut punya usut, mikrobus Borobudur-Magelang tadi melewati jalur alternatif karena jalan raya Magelang-Jogja sedang dilanda kemacetan sehingga begitu sampai di perbatasan, mereka putar balik untuk kembali ke Teminal Borobudur. Wah. Ongkos lebih hemat jatuhnya,hehehe. Sampai di Terminal Jombor sekitar pukul 16:45. Segera meluncur ke kontrakan untuk nobar Indonesia vs Turkmenistan. Keesokan paginya saya menuju ke Lempuyangan untuk kembali ke Blitar. Pagi itu beberapa ibu-ibu cantik penjual gudeg menghampiri kami untuk sarapan bersama. Bersama??. Ya, mereka juga ikut sarapan gudeg dagangan mereka. Bedanya kami membayar Rp 5.000,- untuk itu,hehehe. Sekitar pukul 08:15, kereta tumpangan kami datang dan senang bertemu dengan anda, Jogja. 


Sampai bertemu lagi.=) 

1 komentar:

hamaadzakrzewski mengatakan...

Poker Room Locations - Jtm Hub
Find 보령 출장샵 The Best Poker Room In Portland, 하남 출장안마 OR for 태백 출장마사지 The Players - All Around The World Poker Tour The Poker Room in Scottsdale, 토토 사이트 추천 AZ offers 속초 출장샵 the best poker in the US.