Selepas dari kompleks Candi Penataran, saya dan nyonya menuju objek Wisata Alam Paco
yang letaknya berdekatan. Sekitar 3 km belok kanan setelah pintu masuk jika
dari arah Blitar. Objek wisata ini dari depan tampak seperti kebun raya yang
sudah ada sejak dulu. Hal ini ditandai dengan ukuran pohon-pohon beringin yang
menjulang lebih dari 10 meter. Masuk ke lokasi wisata hanya perlu membayar Rp
3000,- saja sudah termasuk parkir.
|
Selamat datang di Paco |
|
Tempat Parkir |
Di sini terdapat fasilitas toilet dengan 4
pintu juga dalam keadaan bersih. Melewati jalan setapak dan beberapa anak
tangga setelah tempat parkir, kami menemukan danau yang cukup luas di bagian
dalam Wisata Alam Paco, tersembunyi oleh rimbunnya pohon beringin dan
semak-semak. Air danau sepertinya cukup bersih walaupun ditutupi oleh alga
hijau yang cukup tebal sehingga dasar danau tidak terlihat. Beberapa pengunjung
juga ada yang mencoba untuk berenang di seputaran danau. Pengunjung yang
jumlahnya tidak terlalu banyak itu membuat suasana sekitar danau menjadi tenang
dan terlihat alami. Di pinggir danau ada beberapa dermaga bambu yang sayangnya
kondisinya tidak terawat. Jika terawat tentu akan menambah daya tarik danau
tersebut.
|
(click to enlarge) |
Di belakang dermaga, saya juga menemukan perahu kayuh yang dibiarkan
begitu saja karena mengalami kerusakan.Langkah kaki saya berlanjut di jalan
setapak lanjutan di pinggir danau untuk mencapai sisi danau yang berlawanan.
Seperti layaknya danau pada umumnya, air danau tersebut dialirkan menuju
sawah-sawah di penduduk sekitar yang letaknya berbatasan langsung dengan jalan
setapak yang saya lalui. Beranjak ke sisi danau yang berlawanan, terdapat
beberapa gazebo kecil untuk menikmati keindahan danau. Okelah. Tapi saya lebih
tertarik untuk menuju ke sungai kecil di belakang gazebo. Airnya cukup jernih
dan menjadi habitat beberapa ikan air tawar.
|
Sisi lain danau |
Di kiri-kanan sungai ditanami tumbuhan
yang cukup terawat namun sayangnya belum berbunga sehingga keindahannya baru
tampak sebagian. Yang menarik, di sungai sekecil itu dibangun jembatan bambu
yang tampak menyatu dengan lebatnya tanaman di bagian belakang.
|
Jembatan Bambu Di Belakang |
Saya mencoba
naik ke jembatan tapi ternyata kondisi pijakannya agak renggang sehingga perlu
waspada ketika melangkah. Berfoto sebentar lalu saya dan nyonya, berpindah untuk ber-leyeh
leyeh di hamparan rumput dekat
sungai karena keadaannya cukup bersih sambil mengisi perut.
|
Bersih juga |
Sampah-sampah yang
sering saya temui hanyalah guguran daun pohon dan buah. Beberapa sampah plastik
juga saya temui namun jumlahnya belum sampai taraf yang memprihatinkan. Keadaan
yang sama juga saya temui di danau. Jebless!!. Maksud hati ingin duduk, si nyonya kakinya amblas ke lubang yang
tidak kasat mata. Sialnya, berisi air. Pipi saya pun menjadi korban cubitan
tangan-tangan nyonya (apa salah
saya,--“). Sambil mengisi perut, saya baru menyadari kalau di setiap pohon
beringin, hampir selalu ada bangku taman di depannya.
|
Mistis |
|
Ga jadi mistis,hehe |
Namun kebanyakan
pengunjung (termasuk saya), lebih memilih duduk di hamparan rumput atau gazebo.
Jika melihat bangku seperti itu di depan pohon beringin sebesar itu, sepertinya
terkesan mistis,hehe. Sekedar saran saja, lebih bagus jikaditambahkan
gazebo dan bangku yang letaknya di taman jadi tidak menimbulkan kesan seperti
itu,hehehe. Hari semakin beranjak siang. Saya dan nyonya menuju kembali ke tempat parkir untuk segera berpulang ke
kediaman kami di daerah kota. Selain itu, tidak seperti danau dan kebun raya
lain yang pernah saya kunjungi, saya tidak menemui keberadaan serangga
khususnya nyamuk dalam area wisata. Sebagai kesimpulan, untuk ukuran kawasan
wisata sejenis, suasananya yang nyaman dan bersih membuat Kawasan Wisata Paco
ini layak dikunjungi untuk sekedar mengisi liburan terutama bagi kalangan yang
tidak menyukai sengatan sinar matahari dalam jumlah besar.=)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar