Rabu, 07 November 2012

Soto Daging Irama, Semangkuk Nostalgia Hangat Kota Blitar

Bebicara tentang soto memang tak ada habisnya. Soto yang awalnya adalah masakan Cina ini menjelma menjadi masakan khas tiap daerah di Indonesia. Kita tentu mengenal soto lamongan, soto kudus, soto betawi, atau bahkan coto makassar yang memang telah terkenal di lidah para penikmat soto. Nah, sebagai salah satu penikmat soto, saya ingin me-review salah satu soto yang telah bertahan selama hampir 20 tahun (mungkin lebih) dengan citarasa yang legendaris di salah satu sudut kota Blitar, kota tempat Bung Karno dimakamkan. Tidak ada nama spesifik untuk kedai soto ini namun saya sering menyebutnya sebagai Soto Daging Irama.Dulunya, lokasi soto ini memang berdekatan dengan gedung bioskop Irama yang ramai dikunjungi masyarakat Blitar di era 80-an namun sekarang bangunan bioskop tersebut telah diruntuhkan dan berganti menjadi bangunan lain. Seiring dengan pesatnya pembangunan maka lokasi soto ini menjadi di sekitar gang (cepitan) seperti sekarang.
 Itulah asal mula sebutan saya untuk soto tersebut.  Memang masih banyak soto lain yang mampu bertahan lebih dari 20 tahun, namun citarasa yang tetap terjaga membuat soto ini masuk sebagai jajaran soto yang “istimewa”. Pelanggan soto ini tak sedikit yang telah bertahan selama tiga generasi. Hal ini membuktikan kepercayaan mereka terhadap kualitas rasa soto daging ini. Lokasi warung soto berada di gang, tersembunyi dari jalan raya tepatnya jalan Mastrip, dibelakang toko jam Mirah. Stasiun Kota hanya berjarak sekitar 200 meter ke barat dari lokasi warung soto membuat soto ini banyak dikunjungi para penumpang kereta yang ingin mengisi perut mereka. 
Ukuran warung tidaklah terlau besar. Ada meja di luar dengan kapasitas 10 orang dan meja kayu yang mengelilingi dapur soto dengan kapasitas 7 orang saja. Dapur soto ini masih menggunakan pikulan lengkap dengan kwali (panci tanah liat) berbahan bakar kayu. Membawa kita ke era dimana banyak tukang soto memikul kwali-kwali soto berkeliling menjajakannya. Aroma kayu bakar berpadu aroma kuah soto akan menimbulkan kesan hangat pada setiap orang yang memasuki warung tersebut untuk bernostalgia. Warung soto ini seakan menarik kita di era 80-an. Dan semangkuk soto dengan rasa yang khas siap dihidangkan. Irisan daging sapi, jeroan, dan lemak sapi dicampur dengan bawang goreng, kecambah, dan irisan sawi disiram oleh kuah soto yang benar-benar nikmat. Saya sendiri sering menambahkan garam agar rasa gurih soto lebih terasa. Soto ini tidak seperti soto lamongan, coto makassar, atau soto daging yang lain. Soto ini memang memiliki citarasa tersendiri menurut saya pribadi. Manis, gurih, dan sedikit asam karena perasan jeruk nipis berpadu di lidah. Pas. Sangat nikmat. Beberapa pilihan krupuk siap menambah kenikmatan soto tersebut diantaranya krupuk udang dan krupuk kulit (rambak).Akan lebih baik jika semangkuk soto ini dipadu juga dengan segelas teh hangat. Harga soto ini Rp 4500,-. Harga yang sangat terjangkau tentunya. Warung ini buka sekitar pukul sepuluh pagi hingga senja sehabis maghrib. Sekedar saran saja, menimati soto ini ketika sore hari tiba adalah saat terbaik. So, jangan ragu mencicipi soto ini dan semangkuk nostalgia akan hadir membawa kehangatan.=)

Tidak ada komentar: