Bebicara tentang soto memang tak ada habisnya.
Soto yang awalnya adalah masakan Cina ini menjelma menjadi masakan khas tiap
daerah di Indonesia. Kita tentu mengenal soto lamongan, soto kudus, soto
betawi, atau bahkan coto makassar yang memang telah terkenal di lidah para
penikmat soto. Nah, sebagai salah
satu penikmat soto, saya ingin me-review
salah satu soto yang telah bertahan selama hampir 20 tahun (mungkin lebih)
dengan citarasa yang legendaris di salah satu sudut kota Blitar, kota tempat
Bung Karno dimakamkan. Tidak ada
nama spesifik untuk kedai soto ini namun saya sering menyebutnya sebagai Soto
Daging Irama.Dulunya, lokasi soto ini memang berdekatan
dengan gedung bioskop Irama yang ramai dikunjungi masyarakat Blitar di era 80-an namun sekarang
bangunan bioskop tersebut telah diruntuhkan dan berganti menjadi bangunan lain.
Seiring dengan pesatnya pembangunan maka lokasi soto ini menjadi di sekitar
gang (cepitan) seperti sekarang.
Itulah asal mula sebutan saya untuk soto
tersebut. Memang masih banyak soto lain
yang mampu bertahan lebih dari 20 tahun, namun citarasa yang tetap terjaga
membuat soto ini masuk sebagai jajaran soto yang “istimewa”. Pelanggan soto ini
tak sedikit yang telah bertahan selama tiga generasi. Hal ini membuktikan
kepercayaan mereka terhadap kualitas rasa soto daging ini. Lokasi warung soto
berada di gang, tersembunyi dari jalan raya tepatnya jalan Mastrip, dibelakang
toko jam Mirah. Stasiun Kota hanya berjarak sekitar 200 meter ke barat dari
lokasi warung soto membuat soto ini banyak dikunjungi para penumpang kereta
yang ingin mengisi perut mereka.
Ukuran warung tidaklah terlau besar. Ada meja
di luar dengan kapasitas 10 orang dan meja kayu yang mengelilingi dapur soto
dengan kapasitas 7 orang saja. Dapur soto ini masih menggunakan pikulan lengkap
dengan kwali (panci tanah liat) berbahan bakar kayu. Membawa kita ke era dimana
banyak tukang soto memikul kwali-kwali soto berkeliling menjajakannya. Aroma
kayu bakar berpadu aroma kuah soto akan menimbulkan kesan hangat pada setiap
orang yang memasuki warung tersebut
untuk bernostalgia. Warung soto ini seakan menarik kita di
era 80-an. Dan semangkuk soto dengan rasa yang khas siap dihidangkan. Irisan
daging sapi, jeroan, dan lemak sapi dicampur dengan bawang goreng, kecambah,
dan irisan sawi disiram oleh kuah soto yang benar-benar nikmat. Saya sendiri
sering menambahkan garam agar rasa gurih soto lebih terasa. Soto ini tidak
seperti soto lamongan, coto makassar, atau soto daging yang lain. Soto ini
memang memiliki citarasa tersendiri menurut saya pribadi. Manis, gurih, dan
sedikit asam karena perasan jeruk nipis berpadu di lidah. Pas. Sangat nikmat.
Beberapa pilihan krupuk siap menambah kenikmatan soto tersebut diantaranya
krupuk udang dan krupuk kulit (rambak).Akan lebih baik jika semangkuk soto ini
dipadu juga dengan segelas teh hangat. Harga soto ini Rp 4500,-. Harga yang
sangat terjangkau tentunya. Warung ini buka sekitar pukul sepuluh pagi hingga
senja sehabis maghrib. Sekedar saran saja, menimati soto ini ketika sore hari
tiba adalah saat terbaik. So,
jangan ragu mencicipi soto ini dan semangkuk nostalgia akan hadir membawa
kehangatan.=)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar