Beton precast secara sederhana dapat diartikan
sebagai beton yang telah dibuat di pabrik dan dipasang kemudian pada lokasi
proyek tujuan. Namun pada perkembangannya di konstruksi Indonesia, beton
precast “termodifikasi” dengan beton yang dicetak di lokasi pembuatan (casting yard) dan dipasang kemudian pada
satu lokasi proyek yang sama. Dari sudut pandang sederhana, banyak yang
berpendapat bahwa sistem precast seperti ini buang-buang waktu karena
membutuhkan waktu untuk proses pemasangan (erection).
Namun secara teori, banyak sisi positif yang didapatkan untuk menutupi
kekurangan tersebut diantaranya efisiensi biaya hingga 20% jika dibandingkan
dengan beton konvensional; kecepatan pelaksanaan proyek dari 4 bulan menjadi
2,5 bulan (Sijabat & Nurjaman, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keunggulan beton precast salah satunya adalah
penggunaan bekisting yang hemat karena dapat digunakan berulang kali. Selain
itu, bentuk komponen struktur yang relatif homogen dengan variasi ukuran yang
sedikit juga mempermudah perubahan
konfigurasi bekisting sesuai dengan ukuran tersebut. Struktur bekisting beton
precast ini terdiri atas lantai kerja beton K-225 dengan phenol film (sejenis multiplek dengan lapisan khusus) yang
diperkuat dengan dynabolt ø 12 dan
kayu kaso (Badan Pembinaan Konstruksi
Kementerian PU, 2011).
Phenol film sebagai
material utama penyusun bekisting dapat digunakan hingga 10 -12 kali proses
produksi komponen precast. Penggunaan bekisting dengan seperti ini juga
berpengaruh pada banyaknya ruang kosong dibawah struktur muda (baru terpasang)
sehingga pekerjaan yang bersifat arsitektural seperti pasangan dinding,
pleteran, dan sebagainya dapat segera dilaksanakan tanpa terganggu atau bahkan
menunggu pembongkaran komponen penunjang bekisting seperti scaffolding. Berbicara dari sisi kualitas material penyusun,
komponen precast ini relatif terjamin karena menggunakan ready mix yang dipasok dari
satu perusahaan yang sama untuk semua jenis komponen sehingga kualitas ready mix relatif tidak berubah-ubah.
Ready mix ini juga lebih efisien dari
segi pengawasan dan biaya karena proses produksi dilakukan secara masal dan
berkelanjutan layaknya pabrik di satu lokasi yang sama dengan proyek. Hal ini
juga menjawab kenapa secara teori diawal struktur seperti ini lebih cepat
pelaksanaannya dan lebih hemat. Keunggulan-keunggulan tersebut membuat jenis
beton precast “termodifikasi” ini menjadi pilihan pada proyek-proyek di
Indonesia khususnya proyek rumah susun. Tercatat dalam tiga tahun terakhir
telah terlaksana pembanguan 9.048 unit rumah susun, atau berarti 3.000 unit
rusunawa tiap tahunnya (97% dari seluruh rusun selama 3 tahun terakhir)
terutama dengan adanya program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan oleh
pemerintah dan sebagian besar mengadopsi teknologi dan sistem beton precast (Sijabat & Nurjaman, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar