Walaupun dekat dan sudah beberapa kali mengunjungi
lokasi wisata ini, salah satu kompleks candi hindu terbesar di Pulau Jawa ini
masih menyimpan cerita yang menarik untuk ditulis. Berikut catatan perjalanan
saya di akhir Desember ke Candi Penataran. Sekitar pukul 08.00 WIB, saya
berangkat dari kediaman setelah menjemput nyonya.
Kali ini menggunakan sepeda motor seperti lazimnya short distance trip saya lainnya. Si nyonya saya ini (nama disamarkan,hehehe) semangat sekali jika
diajak short distance trip seperti
ini. Jadi jangan heran nongol di
beberapa foto di posting- an kali
ini. Cuaca cerah saat itu walaupun sudah memasuki musim penghujan. Oya, jika ingin ke Candi Penataran
berkendaraan umum, ada angkutan umum warna kuning yang trayeknya melewati Makam
Bung Karno jadi starting point anda dari lokasi wisata itu. Tapi sayangnya
angkutan ini sudah mulai jarang karena banyak penumpangnya yang beralih ke
sepeda motor. Tapi jangan khawatir, masih ada delman yang siap mengantar
kesana. Delman-delman itu juga ngetem di
sekitar Perpustakaan Bung Karno. Ongkosnya saya kurang begitu tahu namun jika
melihat medan yang menanjak dengan jarak sekitar 11 km, angka Rp 150.000,- s/d
Rp 200.000,- cukup masuk akal dibayarkan untuk delman berkapasitas 4-5 orang
itu. Oke, kembali ke catper. Setelah
setengah jam berkendara kami sampai di Candi Penataran.
Tiket masuknya dihargai
Rp 3000,-/orang. Sekilas sejarah Candi Penataran, candi ini ditemukan oleh Dr.
Horsfield pada tahun 1815 seperti yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles
pada buku History Of Java. Candi ini dibangun secara bertahap mulai abad 12 s/d
15 M sehingga proses pendiriannya melewati tiga fase kekuasaan kerajaan yaitu
Kediri, Singasari, dan Majapahit. Candi ini fungsinya sebagai tempat pemujaan.
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan pada prasati Negarakertagama yang
menyebutkan bangunan suci Palah (Penataran) merupakan bangunan Dharma Ipas
yaitu bangunan suci para Rsi Saiwa-Sugata yang didirikan di tanah wakaf sebagai
tempat pemujaan. Oke, candi seluas 180 x 130 m ini dibagi menjadi 3 halaman
utama. Halaman pertama tentu letaknya setelah pintu masuk. Setelah pintu masuk
di sebelah pos informasi kami disambut oleh dua arca besar yang lazim disebut
sebagai retjo penthung oleh
masyarakat sekitar.
|
Batur Pendopo |
|
Gapura runtuh |
|
Pintu masuk Bale Agung |
Halaman satu ini cukup luas dengan fokus 2 tempat datar
(batur) luas (sepertinya untuk tempat berkumpul) bernama Bale Agung & Batur
Pendopo. Selain dua batur tadi, ada Candi Angka Tahun yang kondisinya masih
cukup bagus dibanding candi-candi lain. Disebut candi Angka Tahun karena
memiliki simbol angka tahun 1291 Saka atau sekitar 1369 M.
|
Candi Angka Tahun |
|
Candi Naga |
Karena bangunannya
lengkap, candi ini menjadi objek yang menarik sehingga harus antri untuk
berfoto di dalamnya. Kami lewati saja kesempatan itu karena panas sangat
menyengat dan lebih memilih berfoto di belakangnya saja. Memasuki halaman
kedua, fokus utama adalah keberadaan Candi Naga tepat dibelakang Candi Angka
Tahun. Tidak seperti candi pertama, Candi Naga berbentuk segiempat dengan
permukaan datar diatasnya. Di sekitar Candi Naga, banyak ditemukan batur-batur
kecil yang runtuh. Arca-arca kecil juga berdiri disitu namun sebagian besar
kondisinya juga berupa reruntuhan. Mungkin ini efek letusan besar Gunung Kelud
pada tahun 1990 yang letaknya memang tak begitu jauh dari kompleks Candi
Penataran. Mungkin juga ulah-ulah jahil manusia. Memprihatinkan. Beranjak ke
halaman ketiga ada 4 Candi Perwara di sekeliling candi induk. Candi-candi ini
berukuran 3,5 x 3 m. Sedangkan candi induk berukuran 32,5 x 29, 5 x 7,5 dengan
bentuk yang hampir sama dengan Candi Naga. Candi induk ini dibagi menjadi 2
tingkatan. Setiap tingkatan dapat dinaiki karena dihubungkan dengan tangga
namun pengunjung harus berhati-hati karena tidak seperti candi budha, candi
hindu tidak memiliki susunan batu di ujung tingkatan (fungsinya seperti pagar)
sehingga rawan terjatuh jika melamun.
|
(click to enlarge) |
Di tingkatan teratas candi induk, kami
dapat melihat seluruh area kompleks Candi Penataran termasuk kolam pertirtaan
yang terletak di luar halaman ketiga dan dihubungkan dengan jalan setapak.
|
Kolam Pertitaan |
Di
kolam ini konon ada kepercayaan di hari-hari tertentu muncul ikan raksasa dari
lubang di dinding kolam yang katanya jelmaan
sing mbaurekso (yang berkuasa di
Candi Penataran) namun hari itu saya tidak melihatnya. Hanya muncul satu ekor
ikan koi dari dalam lubang tersebut. Terlihat cukup dramatis di tengah-tengah
kumpulan ikan oscar hitam yang mendominasi populasi disana. Karena airnya yang
sangat jernih, terlihat koin-koin yang dilemparkan pengunjung yang sepertinya
menganggap kolam itu juga berfungsi sebagai sumur keberuntungan.
|
Koi Sebatang Kara |
Disamping itu
air kolam ini juga dipercaya membuat awet muda bagi yang mempercayainya. Wallahualam. Setelah dari sini, seperti
biasa kami beristirahat sejenak di warung-warung makan di pinggir kompleks
Candi Penataran.Tak lama, kami segera beranjak keluar dan menuju ke lokasi
wisata selanjutnya yang cukup alami namun sayangnya belum banyak diketahui
orang : Wisata Alam Pacoh.=)