Karena kesibukan mengajar di bimbel dan cuaca
yang tidak mendukung, jadi lama absen
nge-blog,hehehe. Namun masih ada cerita-cerita perjalanan menarik di medio
“cuti” nge-blog saya. Salah satunya adalah mampir ke kota Kediri untuk mengisi
waktu kosong di awal November kemarin yang baru sempat saya tulis di liburan
anak sekolah ini. Kota Kediri letaknya tidak sampai satu jam dari kediaman saya
di Kota Blitar. Selain tidak terlalu jauh, kota ini juga menawarkan beberapa macam
spot wisata yang menarik diantaranya adalah Gua Selomangleng, Museum Airlangga,
Simpang Lima Gumul+Gumul Paradise-nya, dan tak ketinggalan beberapa pusat
perbelanjaan sekelas mall serta spot-spot wisata alam kecil lain. Bersama calonnyonya alias tulang rusuk yang selama
ini hilang,hehe, saya menuju kota Kediri menggunakan sepeda motor. Maklum
karena jarak dekat dan alasan efisiensi, saya tidak menggunakan kendaraan umum
seperti biasanya. Sekitar pukul 09.00, saya tiba di Kediri Town Square
(K-Tos)yang memang menjadi tujuan pertama saya. Walaupun hari libur, suasana
masih sepi karena jam operasional mall memang baru dimulai. Saya segera menuju
food court untuk beristirahat sembari mengisi perut. Sekedar informasi, K-Tos adalah pusat
perbelanjaan yang usianya masih cukup muda di Kota Kediri. Sebelum K-Tos, pusat
perbelanjaan yang menjadi jujuganadalah
Mall Sri Ratu yang letaknya sekitar 800 meter dari K-Tos. Dulu memang mall ini
sangat ikonik di Kota Kediri. Saya masih ingat ketika kecil selalu mampir kesini
ketika mudik lebaran di kota tempat kakek saya dilahirkan ini. Apalagi letaknya
memang strategis ditunjang dengan adanya bioskop Golden Kediri persis di
depannya. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak bermunculan mall-mall lain diantaranya K-Tos dan Ndoho
Plaza. Nama yang saya sebutkan terakhir adalah mall yang letaknya di depan
masjid Agung Kediri sekitar 3 km dari K-Tos. Oke, kembali lagi ke topik awal.
Setelah 1 jam di food court, saya menemani nyonya
window shopping di Matahari (selalu Matahari). Puas cuci mata dan saya cuci
kaki (baca : capek,hehehe), saya melanjutkan perjalanan ke Simpang Lima Gumul
(SLG).
Jaraknya, sekitar 8 km dari K-Tos. Kalau berkendaraan pribadi menuju
kesana, tinggal lurus saja dari Stadion Brawijaya dan ikuti jalan. Kalau
berkendaraan umum, naik saja bis ke arah Pare atau Kampung Inggris biasanya
lewat disitu. Monumen yang juga merupakan kantor stasiun televisi lokal JTV -
Kediri ini sekarang menjadi ikon Kota Kediri setelah Gunung Kelud. Saya sendiri
kurang begitu paham kenapa bentuk monumen ini mirip sekali dengan monumen Arc
De Triomphe di Paris, Prancis padahal jika melihat fungsinya yang menonjol
sebagai ikon kota seharusnya ada sisi unik dan orisinil yang ditonjolkan. Anyway bangunan ini tetap menarik cukup
banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar kota berarti dari sisi wisata
masih terpenuhi. Masuk ke SLG tidak dipungut biaya selain ongkos parkir sebesar
Rp 3.000,-. Uniknya parkir SLG letaknya di seberang jalan, tidak tepat didepan
SLG. Untuk mencapai SLG, kita akan melewati terowongan yang menghubungkan
tempat parkir dengan SLG.
Pintu Masuk Terowongan |
Ada beberpa tempat parkir yang semua koneksinya
dengan SLG menggunakan terowongan. Saya sendiri memilih untuk parkir di tempat
parkir di depan Gumul Paradise. Oya, di
kompleks SLG ada juga Gumul Paradise yang merupakan sebuah waterpark yang cukup
luas. Karena tidak berniat berenang, saya langsung menuju SLG. Suasana cukup
ramai saat itu. Terlihat juga ada beberapa petugas perpustakaan keliling di
bagian dalam. SLG ini sebenarnya memiliki balkon di bagian atas yang berguna
bagi pengunjung yang ingin melihat pemandangan seputaran simpang lima. Menurut
beberapa pengunjung, dulu balkon tersebut dibuka untuk umum namun sekarang
ditutup dengan alasan tertentu. Lift menuju ke balkon juga dibiarkan mangkrak. Saya menduga mungkin balkon
itu sekarang hanya khusus digunakan untuk siaran televisi karena saya sering
melihat para news anchor JTV-Kediri live dengan background simpang lima dari
atas. Beranjak ke sisi lain ada beberapa arca yang berpadu dengan relief-relief
dinding yang sepertinya menceritakan asal mula kota Kediri. Area SLG juga cukup
hijau dan bersih sehingga nyaman bagi para pengunjung.
Puas mengambil gambar,
saya segera beranjak untuk mengisi perut kembali karena hari sudah siang dan kembali
ke kota kediaman. Sebelumnya, saya sempat mampir juga ke Jl. Patimura, sentra
penjual tahu kuning khas Kediri, untuk membeli oleh-oleh keluarga dirumah.
Saran saya jika sedang mampir ke Kediri mencari oleh-oleh tahu kuning, langsung
saja menuju ke kedai Tahu Kuning POO yang tidak ada embel-embel nama lain
karena rasanya paling mantap menurut saya (tergantung selera juga,hehehe).
Ya,
begitulah sekelumitcerita tentang mampir ke Kediri bersama nyonya.=)