Minggu, 04 Mei 2014

Ada Danau Tersembunyi Di Wisata Alam Paco

Selepas dari kompleks Candi Penataran, saya dan nyonya menuju objek Wisata Alam Paco yang letaknya berdekatan. Sekitar 3 km belok kanan setelah pintu masuk jika dari arah Blitar. Objek wisata ini dari depan tampak seperti kebun raya yang sudah ada sejak dulu. Hal ini ditandai dengan ukuran pohon-pohon beringin yang menjulang lebih dari 10 meter. Masuk ke lokasi wisata hanya perlu membayar Rp 3000,- saja sudah termasuk parkir. 
Selamat datang di Paco
Tempat Parkir
Di sini terdapat fasilitas toilet dengan 4 pintu juga dalam keadaan bersih. Melewati jalan setapak dan beberapa anak tangga setelah tempat parkir, kami menemukan danau yang cukup luas di bagian dalam Wisata Alam Paco, tersembunyi oleh rimbunnya pohon beringin dan semak-semak. Air danau sepertinya cukup bersih walaupun ditutupi oleh alga hijau yang cukup tebal sehingga dasar danau tidak terlihat. Beberapa pengunjung juga ada yang mencoba untuk berenang di seputaran danau. Pengunjung yang jumlahnya tidak terlalu banyak itu membuat suasana sekitar danau menjadi tenang dan terlihat alami. Di pinggir danau ada beberapa dermaga bambu yang sayangnya kondisinya tidak terawat. Jika terawat tentu akan menambah daya tarik danau tersebut.

(click to enlarge)
Di belakang dermaga, saya juga menemukan perahu kayuh yang dibiarkan begitu saja karena mengalami kerusakan.Langkah kaki saya berlanjut di jalan setapak lanjutan di pinggir danau untuk mencapai sisi danau yang berlawanan. Seperti layaknya danau pada umumnya, air danau tersebut dialirkan menuju sawah-sawah di penduduk sekitar yang letaknya berbatasan langsung dengan jalan setapak yang saya lalui. Beranjak ke sisi danau yang berlawanan, terdapat beberapa gazebo kecil untuk menikmati keindahan danau. Okelah. Tapi saya lebih tertarik untuk menuju ke sungai kecil di belakang gazebo. Airnya cukup jernih dan menjadi habitat beberapa ikan air tawar. 
Sisi lain danau
Di kiri-kanan sungai ditanami tumbuhan yang cukup terawat namun sayangnya belum berbunga sehingga keindahannya baru tampak sebagian. Yang menarik, di sungai sekecil itu dibangun jembatan bambu yang tampak menyatu dengan lebatnya tanaman di bagian belakang. 

Jembatan Bambu Di Belakang
Saya mencoba naik ke jembatan tapi ternyata kondisi pijakannya agak renggang sehingga perlu waspada ketika melangkah. Berfoto sebentar lalu saya dan nyonya, berpindah untuk ber-leyeh leyeh  di hamparan rumput dekat sungai karena keadaannya cukup bersih sambil mengisi perut.


Bersih juga
 Sampah-sampah yang sering saya temui hanyalah guguran daun pohon dan buah. Beberapa sampah plastik juga saya temui namun jumlahnya belum sampai taraf yang memprihatinkan. Keadaan yang sama juga saya temui di danau. Jebless!!. Maksud hati ingin duduk, si nyonya kakinya amblas ke lubang yang tidak kasat mata. Sialnya, berisi air. Pipi saya pun menjadi korban cubitan tangan-tangan nyonya (apa salah saya,--“). Sambil mengisi perut, saya baru menyadari kalau di setiap pohon beringin, hampir selalu ada bangku taman di depannya. 

Mistis
Ga jadi mistis,hehe
Namun kebanyakan pengunjung (termasuk saya), lebih memilih duduk di hamparan rumput atau gazebo. Jika melihat bangku seperti itu di depan pohon beringin sebesar itu, sepertinya terkesan mistis,hehe. Sekedar saran saja, lebih bagus jikaditambahkan gazebo dan bangku yang letaknya di taman jadi tidak menimbulkan kesan seperti itu,hehehe. Hari semakin beranjak siang. Saya dan nyonya menuju kembali ke tempat parkir untuk segera berpulang ke kediaman kami di daerah kota. Selain itu, tidak seperti danau dan kebun raya lain yang pernah saya kunjungi, saya tidak menemui keberadaan serangga khususnya nyamuk dalam area wisata. Sebagai kesimpulan, untuk ukuran kawasan wisata sejenis, suasananya yang nyaman dan bersih membuat Kawasan Wisata Paco ini layak dikunjungi untuk sekedar mengisi liburan terutama bagi kalangan yang tidak menyukai sengatan sinar matahari dalam jumlah besar.=)

Jumat, 02 Mei 2014

Sejenak Jalan-Jalan Siang Ke Candi Penataran

Walaupun dekat dan sudah beberapa kali mengunjungi lokasi wisata ini, salah satu kompleks candi hindu terbesar di Pulau Jawa ini masih menyimpan cerita yang menarik untuk ditulis. Berikut catatan perjalanan saya di akhir Desember ke Candi Penataran. Sekitar pukul 08.00 WIB, saya berangkat dari kediaman setelah menjemput nyonya. Kali ini menggunakan sepeda motor seperti lazimnya short distance trip saya lainnya. Si nyonya saya ini (nama disamarkan,hehehe) semangat sekali jika diajak short distance trip seperti ini. Jadi jangan heran nongol di beberapa foto di posting- an kali ini. Cuaca cerah saat itu walaupun sudah memasuki musim penghujan. Oya, jika ingin ke Candi Penataran berkendaraan umum, ada angkutan umum warna kuning yang trayeknya melewati Makam Bung Karno jadi starting point anda dari lokasi wisata itu. Tapi sayangnya angkutan ini sudah mulai jarang karena banyak penumpangnya yang beralih ke sepeda motor. Tapi jangan khawatir, masih ada delman yang siap mengantar kesana. Delman-delman itu juga ngetem di sekitar Perpustakaan Bung Karno. Ongkosnya saya kurang begitu tahu namun jika melihat medan yang menanjak dengan jarak sekitar 11 km, angka Rp 150.000,- s/d Rp 200.000,- cukup masuk akal dibayarkan untuk delman berkapasitas 4-5 orang itu. Oke, kembali ke catper. Setelah setengah jam berkendara kami sampai di Candi Penataran. 

  
Tiket masuknya dihargai Rp 3000,-/orang. Sekilas sejarah Candi Penataran, candi ini ditemukan oleh Dr. Horsfield pada tahun 1815 seperti yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada buku History Of Java. Candi ini dibangun secara bertahap mulai abad 12 s/d 15 M sehingga proses pendiriannya melewati tiga fase kekuasaan kerajaan yaitu Kediri, Singasari, dan Majapahit. Candi ini fungsinya sebagai tempat pemujaan. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan pada prasati Negarakertagama yang menyebutkan bangunan suci Palah (Penataran) merupakan bangunan Dharma Ipas yaitu bangunan suci para Rsi Saiwa-Sugata yang didirikan di tanah wakaf sebagai tempat pemujaan. Oke, candi seluas 180 x 130 m ini dibagi menjadi 3 halaman utama. Halaman pertama tentu letaknya setelah pintu masuk. Setelah pintu masuk di sebelah pos informasi kami disambut oleh dua arca besar yang lazim disebut sebagai retjo penthung oleh masyarakat sekitar. 

Batur Pendopo
Gapura runtuh
Pintu masuk Bale Agung
Halaman satu ini cukup luas dengan fokus 2 tempat datar (batur) luas (sepertinya untuk tempat berkumpul) bernama Bale Agung & Batur Pendopo. Selain dua batur tadi, ada Candi Angka Tahun yang kondisinya masih cukup bagus dibanding candi-candi lain. Disebut candi Angka Tahun karena memiliki simbol angka tahun 1291 Saka atau sekitar 1369 M. 

Candi Angka Tahun
Candi Naga
Karena bangunannya lengkap, candi ini menjadi objek yang menarik sehingga harus antri untuk berfoto di dalamnya. Kami lewati saja kesempatan itu karena panas sangat menyengat dan lebih memilih berfoto di belakangnya saja. Memasuki halaman kedua, fokus utama adalah keberadaan Candi Naga tepat dibelakang Candi Angka Tahun. Tidak seperti candi pertama, Candi Naga berbentuk segiempat dengan permukaan datar diatasnya. Di sekitar Candi Naga, banyak ditemukan batur-batur kecil yang runtuh. Arca-arca kecil juga berdiri disitu namun sebagian besar kondisinya juga berupa reruntuhan. Mungkin ini efek letusan besar Gunung Kelud pada tahun 1990 yang letaknya memang tak begitu jauh dari kompleks Candi Penataran. Mungkin juga ulah-ulah jahil manusia. Memprihatinkan. Beranjak ke halaman ketiga ada 4 Candi Perwara di sekeliling candi induk. Candi-candi ini berukuran 3,5 x 3 m. Sedangkan candi induk berukuran 32,5 x 29, 5 x 7,5 dengan bentuk yang hampir sama dengan Candi Naga. Candi induk ini dibagi menjadi 2 tingkatan. Setiap tingkatan dapat dinaiki karena dihubungkan dengan tangga namun pengunjung harus berhati-hati karena tidak seperti candi budha, candi hindu tidak memiliki susunan batu di ujung tingkatan (fungsinya seperti pagar) sehingga  rawan terjatuh jika melamun.




(click to enlarge)
Di tingkatan teratas candi induk, kami dapat melihat seluruh area kompleks Candi Penataran termasuk kolam pertirtaan yang terletak di luar halaman ketiga dan dihubungkan dengan jalan setapak.

Kolam Pertitaan
Di kolam ini konon ada kepercayaan di hari-hari tertentu muncul ikan raksasa dari lubang di dinding kolam yang katanya jelmaan sing mbaurekso (yang berkuasa di Candi Penataran) namun hari itu saya tidak melihatnya. Hanya muncul satu ekor ikan koi dari dalam lubang tersebut. Terlihat cukup dramatis di tengah-tengah kumpulan ikan oscar hitam yang mendominasi populasi disana. Karena airnya yang sangat jernih, terlihat koin-koin yang dilemparkan pengunjung yang sepertinya menganggap kolam itu juga berfungsi sebagai sumur keberuntungan. 

Koi Sebatang Kara
Disamping itu air kolam ini juga dipercaya membuat awet muda bagi yang mempercayainya. Wallahualam. Setelah dari sini, seperti biasa kami beristirahat sejenak di warung-warung makan di pinggir kompleks Candi Penataran.Tak lama, kami segera beranjak keluar dan menuju ke lokasi wisata selanjutnya yang cukup alami namun sayangnya belum banyak diketahui orang : Wisata Alam Pacoh.=)