Senin, 09 Januari 2012

Probolinggo, Gerbang Pertama Menuju Bromo

29 Desember 2011. Rencananya hari ini saya dan teman-teman backpacker (Sigit dan Zakaria) akan trip ke Gunung Bromo yang termasuk dalam Taman Naasional Bromo-Tengger-Semeru. Gunung ini secara geografis terletak di wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Daya tarik utama gunung yang banyak didatangi turis ini adalah sunrise-nya yang memang benar-benar indah selain itu gunung ini juga menyediakan beberapa spot wisata lain diantaranya adalah Padang Savannah, Bukit Telletubbies, Pasir Berbisik, Kawah Bromo, dan Air Terjun Madrakaripura(gitu ejaannya??hehehe) yang cukup indah dan eksotis untuk dinikmati. Oke, kita kembali ke topik awal. Kami memulai perjalanan dari Terminal Arjosari, Malang dengan menumpang bis menuju Probolinggo. Banyak bis yang menuju daerah ini mengingat jarak Malang-Probolinggo yang tidak terlalu jauh. Tarif bus Malang-Probolinggo sebesar Rp 12.000,- dan bisa lebih mahal Rp 2000,- jika anda terlihat seperti pelancong dengan destinasi Bromo yang masih awam dengan biaya dan rute jadi ada baiknya anda memastikan bahwa tarif bus sama dengan harga normal. Kami berangkat sekitar pukul 14.00 WIB dari Malang. Tentu ada pertanyaan, mengapa kami memilih rute Malang-Probolinggo-Bromo bukan Malang-Tumpang-Bromo yang notabene lebih dekat??Memang benar rute Malang-Tumpang-Bromo lebih dekat hanya sekitar 2 jam perjalanan saja. Selain itu spot wisata seperti Bukit Telletubies dan Pasir Berbisik dapat kita jumpai ketika kita melewati rute ini. Namun mengingat minimnya kendaraan umum dari Tumpang-Bromo, kami memilih rute Malang-Probolinggo-Bromo yang merupakan rute utama dengan banyak kendaraan umum. Sekitar pukul 16.46 WIB, kami tiba di Terminal Banyuangga, Probolinggo. Setelah sempat melepas penat dan beribadah di musholla, kami mencari informasi kendaraan umum menuju Bromo. Kebetulan, ada seorang bapak di dekat musholla yang sedang ngobrol dengan teman saya, si Zakaria, mengatakan ada pangkalan angkot menuju Bromo di depan pintu masuk terminal. Kami pun segera melangkahkan kaki untuk mencari tempat tersebut. Tidak jauh dari terminal, sekitar 80 meter, ada beberapa orang yang berteriak ke arah kami,”Bromo!!Bromo,mas??”. Dengan penampilan kami yang memang seperti backpacker, memang tidak sulit menebak kemana tujuan kami selanjutnya. So, kami pun segera berunding dengan orang yang ternyata adalah seorang kenek angkot tadi tentang biaya ke Bromo. Namun kenek itu tidak menjawab sesuai pertanyaan kami, dia bilang,”Santai aja dulu, mas. Ngopi-ngopi dulu”. Sejenak kami berpikir, memang dasar budaya Indonesia tentang transportasi umum yang tidak pernah lepas dari kata “ngetem”. Hahahaha. Kami pun tersenyum kecut didalam hati sambil menuju warung tempat kami menunggu sambil makan malam dan ngopi.
Jajaran Angkot ke Bromo

Nunggu Angkot
Tidak lama datang seporsi nasi campur dan segelas teh hangat menemani malam saya di Probolinggo.
Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 19.30, dua jam lebih kami menunggu angkot penuh. Sekedar info, angkot menuju Bromo berjenis colt diesel atau orang awam menyebutnya bison. Kapasitas angkot ini sekitar 10-15 penumpang. Di warung tempat kami makan, ada sepasang suami-istri dan anaknya yang sedang menunggu seperti kami juga jadi total ada 6 orang penumpang yang telah terkumpul, kurang 4 orang lagi buat jumlah minimal angkot berangkat. Eh, tiba-tiba pasangan suami istri tadi pergi dari warung. Kelihatannya mereka memilih carter angkot karena takut tiba terlalu malam di Bromo karena bawa anak kecil. Namun tidak lama datang 2 backpacker juga (atau lebih tepatnya traveller karena bekalnya lebih banyak,hehehe) dari Jakarta, Fredy dan Yos (sepupu Fredy) turut bergabung bersama kami. Setelah sempat ngobrol, akhirnya kami berlima memutuskan segera bernegosisasi dengan kenek angkot tadi masalah biaya karena ingin segera menuju Bromo. Walaupun angkot ini beroperasi 24 jam, namun waktu operasi normalnya adalah pagi sekitar pukul 07.00 WIB hingga siang hari sekitar pukul 15.00 WIB dengan tarif normal Rp 25.000,-/orang. Berhubung kami tiba ketika diatas waktu operasi normal, maka harganya naik menjadi Rp 50.000,-/orang. Sempat juga kenek tersebut menawarkan harga paket Rp 155.000,- dengan fasilitas angkot Bromo-Probolinggo PP+ voucher jeep+tiket masuk Taman Nasional Bromo-Semeru-Tengger. Namun karena niat kami wisata ala backpacker jadi kami putuskan untuk mengambil tarif biasa saja bukan tarif paket. Setelah tawar-menawar akhirnya disepakati tarif sebesar Rp 45.000,-/orang. Dan kami pun meluncur ke Bromo tepat pukul 21.00 WIB. Di dalam angkot ternyata sudah ada 2 penumpang lain, seorang mahasiswa dari Padang dan seorang mahasiswi dari Semarang. Dan Alhamdulillah, angkot pun meluncur menembus kabut menuju Desa Cemoro Lawang, desa yang populer sebagai tempat transit para wisatawan domestik maupun asing sebelum menuju menuju Bromo =).